Pages

Senin, 23 November 2015

[IDVolunteering] Harta Mereka Bukan Hanya Sampah!!

Berbagi Itu Indah
Harta Mereka Bukan Hanya Sampah!!


Di Kota Medan terdapat daerah tempat pembuangan akhir (TPA), yaitu di Marelan.Jarak tempuh dari Medan + 4 jam. Di TPA ini saya bertemu dengan anak-anak pemulung. Sangat miris ketika melihat anak-anak yang seharusnya bermain, bersekolah malah harus memulung sampah di Tempat Pembuang Akhir, bahkan bukan hanya satu, hampir berpuluh anak tidak sekolah, untuk bisa bertahan hidup mereka mengais sampah di TPA kemudian di jual. Di tengah tumpukan sampah, saya mencoba berkomunikasi dengan mereka.
“Kumpulin plastik, dijual. Biar bisa beli makan kak,” kata mereka saat saya menanyakan perihal mereka berada di TPA tersebut.
Dari percakapan yang kami lakukan, saya pahami MEREKA SANGAT INGIN BERSEKOLAH. Tapi ekonomi keluarga tak mengizinkan mereka untuk bisa bersekolah.Saya tak menjadikan itu sebuah nasib yang harus mereka terima begitu saja. Di tempat ini pelan-pelan saya ajak mereka belajar. Meski terkadang kami belajar sering terkendala karena keadaan dan waktu. Namun saya terus berusaha menggebrak semangat belajar mereka agar mereka juga punya impian atau cita-cita. Meskipun kami (saya dan mereka) berinteraksi serta belajar bersama di tumpukan sampah, hal demikian sangat kami nikmati

 Belajar sambil berkerja dan bermain
Belajar baca-tulis di rumah mereka
Tempat belajar kami di semua sudut tempat, saya lebih senang mengajari mereka di rumah, meski keadaan rumah mereka berada di bawah gunung sampah. Di rumah ini, tidak ada satupun yang teriak-teriak menyuruh mereka "Pilihi sampah yang bersih dulu baru belajar."
Saya juga tak harus mendengarkan keluhan putus asa orang-orang yang mengatakan "Habis waktumu ngajari mereka, mereka gak bisa sekolah, mau dana dari mana?" biasa saya hanya membalas dengan senyuman perkataan mereka. Bagi saya selama mereka ingin belajar saya siap sebagai guru mereka, meski kami tidak belajar di dalam gedung, belajar di alam lepas jauh lebih menyenangkan.
Mandikan Inur, gadis kecil yang punya impian jadi penulis
Sebelum saya balik ke Medan biasanya saya memandikan Inur, gadis kecil ini mempunyai cita-cita ingin menjadi penulis. Di sela -sela cerewetnya, saya selalu mengingat satu hal yang dia katakan " kak, Inur nanti besar mau jadi orang yang buat cerita-cerita, nulis-nulis kak, nama Inur di kenal. Banyak uang bisa ajak bapak ke dokter."

Disetiap pelajaran baca-tulis saya memberikan kesempatan mereka untuk pertanya, dan bercerita. Mereka selalu bertanya "Kak apa harta kami hanya sampah?"
"Harta kalian tidak hanya sampah,  kalian masih punya banyak harta. kalian masih punya mata untuk melihat, mulut untuk membaca dan tangan untuk menulis. Membaca adalah pintu untuk mengenal dan menjelajahi dunia. Menulis mampu membuat pemikiran dikenal dunia. Teruslah membaca dan menulis agar nama kalian selalu dikenang. Mungkin kita semua disini bukan anak raja atau anak presiden yang bisa dengan mudah dikenal dunia. Kita memang bukan siapa-siapa, tapi dengan menulis kita mampu menjadi siapa pun yang kita inginkan. jadikan diri sebagai anak bangsa yang akan menyongsong Indonesia lebih jaya." Saya yakin dengan membaca dan menulis mereka bisa lebih maju. saya akan selalu mengajak mereka berkarya dan belajar sambil bermain dengan menggunakan potensi alam yang tersedia di daerah mereka.

Saya selalu mengatakan kepada mereka "Yakinlah, kelak yang menghantarkanmu keliling dunia ialah ilmu yang engkau tabur, buku yang engkau baca dan kata yang engkau tuliskan, sama halnya kakak menyakini itu. Selamanya!! Tanpa lelah tanpa jedah!"






Jumat, 20 November 2015

Dunia Mereka

Dunia anak-anak seharusnya bermain dan bermain hingga dengan bermain mereka bisa mengenal. Namun hal yang cukup miris ketika melihat anak-anak yang dunianya hanya dikelilingi sampah.
marelan adalah salah satu derah yang terdapat di kota medan. ketika pertama sampai di tempat tpa ini tak lain tujuan saya adalah mencari data untuk kelengkapan tugas kuliah. saesampai disana melihat ada lebih dari 10 anak berada di tpa menjadi daya tarik tersendiri untuk saya. ada apa ini?
saya ajak mereka berkomunikasi, awal nya ada rasa ketakutan dari mereka ketika saya ajak berbicara,dengan meilihat keadaan yang mereka alami saat itu, saya berinisiatif mengajak teman-teman komunitas GMI (Generasi Medan Impian) yang dulunya bernama ADRF untuk turun langsung mengajari mereka baca tulis.
Menemani dan melakukan segala kegiatan bersama orang yang paling berperan dalam segala langkah dalam hidup kita itu menyenangkan. Memperhatikan cara,tingkah dan tindakannya yang kadang terlihat konyol, kelucuan tersendiri untukku. seperti hari ini dirinya mengajari anak sekolah berekspresi dalam gerak. "Siapa namamu...siapa namamu" dengan dua kata yang diulang-ulang ini semua anak harus berekspresi, fokus dalam dialog di dunia akting. dan aku senyum-senyum geli.
suatu kunci yang harus ku pahami dalam berakting kita fokus bukan pada penonton tapi pada lawan bicara kita ketika berdialog.
dia selalu mengulang kata ini pada anak didiknya "Ayo perhatikan." aku, selalu memperhatikannya dengan lekat dengan tepat meski aku bukan bagian dari anak didiknya.


Minggu, 14 Juni 2015

Students as Agents Of Change


Students as Agents Of Change
Mahasiswa Sebagai Pelaku Perubahan
Oleh: Lesstari Chen

Kata “Maha” pastinya tidak asing lagi buat kita. Apa sih sebenarnya Maha itu? Maha sebuah kata yang membuat kita merasa lebih berwibawa dan bangga saat menyandangnya. Hanya ada dua kata yang tercipta dari kata Maha yaitu :
Maha Kuasa pencipta alam semesta beserta isinya. Mahasiswa/Mahasiswi seseorang yang diharapkan mampu dan bisa menciptakan perubahan serta menyelesaikan segala fenomena dalam kehidupan. Lingkup mahasiswa tentunya terdiri dari sekumpulan orang-orang terdidik  yang heterogen yang mulai berusaha menunjukan jati dirinya masing-masing, berusaha menjadi mahasiswa berkarakter sehingga menjadi salah satu pelaku perubahan (Agent Of Change).
 Melalui pernyataan diatas seharusnya mahasiswa tak lagi menjadi mahasiswa yang pasrah.Sepertihalnya saat ini banyak sekali  dijumpai Mahasiswa/Mahasiswi yang memiliki anggapan bahwa menjadi seorang Mahasiswa itu cukup dengan D3P (Datang, Duduk, Dengarkan, Pulang). Selain itu ada sebagian Mahasiswa lebih mengutamakan slogan “ Gaya oke, aktif dalam kelas No Way.” Bukan suatu hal yang asing lagi jika kita menjumpai beberapa Mahasiswa yang demikian. Mereka tidak memaknai kata yang disandangnya sesuai peran dan tindakannya. Jangan pernah berpikir bahwa “Aku adalah Mahasiswa yang akan menjadi Agent Of Change” kalau masih berfokus pada slogan dan berpatokkan pada D3P.
Seperti yang dikatakan Einsten : Merupakan suatu hal yang gila, bila mengharapkan sesuatu yang berbeda tetapi kita tetap melakukan dengan cara yang sama.
Jadi jelas, jika kita ingin menjadi Agent Of Change ubah pola pikir kita yang masih beranggapan kalau kuliah dan menjadi mahasiswa cukup dengan D3P.
Pada umumnya semua mahasiswa memang senang tetap berada di zona yang aman, bila seorang mahasiswa sudah berada ditempat yang dia anggap baik dan bisa membuat dia senang, maka seringkali mahasiswa menjadi terlena dan tidak mau meningkatkan diri lagi, tidak ada keinginan lagi untuk menjadi mahasiswa berkarakter. Untuk menjadi mahasiswa berkarakter yang akan menjadi salah satu pelaku perubahan kita perlu keluar dari zona aman , masuk ke zona baru yang memiliki tantangan.
tentu saja di suasana dan di lingkungan kita perlu berubah, melakukan penyesuaian diri dan mempelajari bagaimana cara agar dapat dan bisa menjadi mahasiswa yang berkarakter.
Mahasiswa sebagai Agent Of Change harus bisa memahami setiap hal yang harus dilakukan. Mahasiswa sebagai Agent Of Change adalah Mahasiswa yang berkarakter yang memiliki tagung jawab, tanamkan dan pupuk rasa keberanian, kesiapan mental dan fisik, adil serta bijaksana.
namun bila kita menjadi mahasiswa yang hendonis, apatis dan statis maka kita tak akan pernah bisa menjadi mahasiswa yang mendorong terjadinya perubahan. Mudah melaksanakan serta menjadi Mahasiswa yang berkarakter dan menyosong suatu perubahan (Agent Of Change)  selama kita mau bergerak dan bertindak. Sebab segala perubahan itu bersumber dari diri kita sendiri, Jika kita mengatakan aku tidak bisa dan pasrah, hanya kekecewaan dan kegagalanlah yang siap menyambut kita. Aktif dalam kelas dan aktif berorganisasi baik dalam kampus maupun luar kampus langkah awal mahasiswa menuju agent of change. Dengan modal 4 hal yaitu tanggung jawab, keberanian, kesiapan mental, adil dan bijaksana. sangat mendukung terbentuknya mahasiswa berkarakter.
Dunia mahasiswa memang sanggup mewakili kehidupan yang nyata, penuh tantangan, kegalauan dan memang hal itu yang menjadi keunikan tersendiri. Kita harus beranjak dari kebiasaan SMA yang masih suka diperintah. Di kuliah tidak ada yang mengatur kita kecuali diri kita sendiri, karena itu kita harus dapat dan bisa menepatkan diri gimana dan dimana kita dapat dikatakan sebagai Agent Of Change bukan sebagai Agent Of Cengeng.

Jumat, 12 Juni 2015

Hingga Akhir Zaman



Hingga Akhir Zaman
Oleh :Lesstari Chen

“Economic,conomical,economics.” Miss Sinambella guru bahasa inggrisku asyik sendiri memberikan contoh cara pengucapan lafal yang benar, yang terdengar menjadi terlalu berlebih-lebihan.
Seperti biasa aku dan Sisil sahabat dekatku plus teman sebangkuku hanya tercenggang melihat Miss Sinambella yang terlihat alay dalam pengucapan lafal dan intonasinya.
“Miss nya terlalu berlebihan kali.” Kataku pelan pada Sisil.
“Iya,masak bilang economic sampek teriak-teriak kayak orang kebakaran jenggot.”  Kata Sisil padaku sambil tetap focus memperhatikan Miss.
“Huaammmmm,,,iyyyyaaamm.” Jawabku sambil menahan udara yang ingin keluar dari mulutku.

“Teng...teng...teng...” terdengar teriakan lonceng memanggil-manggil Miss untuk berhenti melanjutkan pelajaran karena sudah waktunya pergantian mata pelajaran.

“Well, because the bell rang I end today's lesson,good afternoon all,bye the following day.
 “Do not forget next week we test pronunciation.” Itulah kata penutup yang disampaikan miss pada kelas ku.
“Oh My God...yang benar saja, minggu depan ujian pengucapan, bodoh Sil?” Kataku pada Sisil.
Sisil melirik ku dengan sinis.
“Kenapa matamu jadi kayak mata singa gitu melihatku.” Tanya ku pura-pura lugu pada Sisil sambil memasukkan buku bahasa Inggris dan mengambil buku  Matematika.
“kau bilang apa tadi?? bodohkan??” Sisil bertanya balik padaku.
“Mana ada.”  Jawabku berbohong…
“Kupingmu tu aja yang tungkian gak pernah dibeko pulanya, ya jadi gitulah,makanya sebelum berangkat sekolah ambil lidi,ambil kapas terus lidinya dibalut dengan kapas gunakan buat korek ” Jawabku
Sisil sangat tidak suka kalau dia dibilang bodoh, ya mingkin karena dia memang tidak bodoh dia termasuk juara kelas setelah aku.
aku mulai sibukmengocek bercerita ini itu pada Sisil
****
“Eh,..bu Napid kok belum masuk ya?” Sisil membalikkan arah duduknya kebelakang dan malah asyik cerita sama Anita,tidak mendengarkan ku dari tadi bicara dengannya
“Iissss….” Aku membatin kesal
“Ibu itu hari ini gak masuk dengar-dengar berita angin sih ibunya katanya ada urusan keluarga?” Jawab Anita.
“Hah.Angin bisa bawa berita ya? angin jenis apa itu? angin topan,angin puting beliung atau angin-anginan?” Tanya ku sambil tersenyum manis pada Anita dan mulai bergabung membalikkan posisi dudukku.
“Ntah..” Jawab Anita ketus padaku.
Anita teman sekelasku yang sangat...sangat  tidak suka melihatku. Ntah kenapa dia tidak suka melihatku, aku pun gak tau apa salah ku padanya, kadang terbesat dipikiranku kalau dia sebenarnya iri samaku karena aku juara 1 di kelas, dan terkadang prasangka burukku bicara karena dia tidak suka kalau aku terlalu dekat pada Sisil, karena setiap kami berbicara bertiga dia selalu berusaha membuat aku terlihat seperti sahabat yang bersikap buruk dan tidak cocok jadi teman dekat Sisil,tapi aku tidak pernah mempermasalahkan hal ini aku tetap saja suka mengajaknya bicara dan kadang mengajaknya bercanda walaupun candaku ditanggapi dengan wajah dan nada yang tidak senang.
Aku hanya beranggapan bahwa kebaikan ku kepada orang lain seperti pasir di pantai, yang sering terabaikan dan terlupakan. Namun percayalah, pantai berpasir selalu lebih indah.
 “Dasar.." Sisil mengacak-acak rambutku
“Kabar dari angin itu bukan berarti anginnya bisa bicara, itu cuma kata kiasan saja.” Sisil pura-pura menjelaskan padaku.Agar aku tidak terlalu sakit hati dengan sikap Anita.
Sisil orang yang paling paham aku, kami selalu saja berusaha menyemangati dan menutupi kekurangan kami satu sama lain,saling mengerti,saling memahami dan juga terkadang saling mengejek satu sama lain.

“Hmm….” Aku menghela napas sedikit sedih, mendengar jawaban Anita membuat semangatku buat bercanda turun drastis.
Aku membalikkan haluan posisi dudukku kearah semula dan mulai melipat rapi tanganku diatas meja kemudian menjatuhkan kepalaku keatas tanganku, inilah kebiasaan terbaikku didalam kelas kalau guru tidak ada,sedangkan Sisil masih bercerita bersama Anita.
“Hahahaha.” Terdengar tertawa bahagia Anita dan Sisil menghampiri teligaku yang sedari tadi cerita.
Ntahlah, mereka ntah cerita apa sehingga tertawa begitu bahagia.
“aku memang tidak pantas jadi sahabat Sisil, kelihatannya Sisil lebih cocok berteman lebih dekat sama Anita,mereka tidak pernah saling mengejek bahkan selalu cocok kalau bercerita. tidak seperti aku yang selalu mengejek Sisil, walaupun terkadang hal itu yang membuat persahabatan kita begitu indah.” Aku mulai berpikir untuk mengakhiri persahabatan kami.
Tidak terasa lonceng pulang berbunyi semua teman dikelasku sibuk bergegas menyiapkan buku mereka untuk segera pulang,begitu juga dengan Aku dan Sisil.
Aku mulai melangkahkan kakiku lebih cepat dari biasanya,sedangkan Sisil masih sibuk berbincang-bincang dengan Anita sambil berjalan menuju gerbang sekolah.
“Litaaa,,” Sisil memanggilku dengan sedikit teriak
Aku pura-pura tidak mendengarnya dan terus berjalan meninggalkan Sisil dan Anita.Hari ini pulang sekolah aku tidak seperti biasanya dengan Sisil yang selalu berjalan bersama,bahkan bergandengan tangan sampai gerbang sekolah dan berpisah dipersimpangan jalan.
“Aku harus berusaha menjauhi Sisil”. Aku membatin dalam hati. Aku merasa gak pantas buat jadi sahabat Sisil. Sisil baik dan sangat cocok kalau bersahabat dengan Anita.Sikap Sisil juga hari ini membuat keyakinan dalam hatiku bertambah kuat.

Malam haripun telah tiba, hari ini tidak ada satu pesan pun yang ku dapat dari Sisil. Biasa setiap sore maupun menjelang malam Sisil pasti mengirim pesan yang isinya menanyakan PR buat besok,tapi tidak untuk hari ini.
“Hmm…” Aku menghela napas dan meletakkan hp ku didalam saku baju,dan berjalan menghampiri adikku Ina yang sibuk membuat PR. Aku mulai mengusili adikku buat menghibur hatiku.
Yang ada bukannya mala tenang hatiku mulai merasa sedih ingat masa-masa bersama Sisil saat menegusili teman-teman dikelasku.Hatiku mulai bimbang dan binggung.
“Apakah aku benar-benar harus mengakhiri persahabatan kami?” Hati kecilku mulai ragu.

Selamat pagi cek ku..Hp ku berbunyi pertanda ada pesan masuk
.
Weyyyy,,,tadi kau jalan cepat kali kayak dikejar setan,dasar kurap kau ya,tinggalkan aku jalan sama Anita
Hehehehehe
Isi pesan dari Sisil.

Sorry ya Sil,tapi kayaknya aku udah malas berteman terlalu dekat samamu.Kita kayak bukan sahabat dekat yang baik.
Isi balasan pesan dariku buat Sisil

Hah??kenapa?
Balasan pesan dari Sisil

Udahlah,aku malas berteman dekat samamu,kau lebih bagus berteman dekat sama Anita ja ya.
Pesanku buat Sisil.

Hahahaha,sorry la cuyyy...tadi aku dekati dia karena aku mau liat pr mtk nya,kita kan gak pande buat pr mtk buat besok..hehehe,,
Pesan dari Sisil

Ooo…licik kau ya kurap….hahahaha
Pesan dariku buat Sisil

Ternyata aku hanya salah paham saja sama Sisil mulai dari sekarang aku berjanji gak akan ambil keputusan sendiri,aku harus lebih dulu membicarakannya sama Sisil.

Hahahaha
Balasan pesan dari Sisil

Jangan tertawa gak lucu,ku sate kau nanti.hahahaha
Balsan pesanku buat Sisil

Malam ini aku dan Sisil bercanda melalui sms,dan aku pun tertawa terbahak-bahak tiap baca smsm masuk darinya.
Malam semakin larut, tidak tau tepatnya pukul berapa aku pun tertidur dan mengakhiri pesan singkat ku buat Sisil.
Walaupun Persahabatan ku dan Sisil selalu diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini tidak pernah kami lakukan secara sengaja dengan tujuan kebencian
Dan aku juga sadar bahwa Persahabatan ku dan Sisil membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah persahabatan yang ku pupuk bersama Sisil karena itu aku tidak akan pernah lagi berpikir untuk mengakhiri persahabatanku dengan Sisil sampai akhir zaman.




Inspirator: Selly Chen
 

Entri yang Diunggulkan

Pengembangan Pembelajaran Antropologi Melalui E-Learning

Materi : Penelitian Etnografi Proses pembelajaran dengan Kurikulum 2013 seyogya pesertadidik menjadi center dan guru sebagai fasilita...

Blogger news

About