Hingga Akhir Zaman
Oleh :Lesstari Chen
“Economic,conomical,economics.” Miss Sinambella guru
bahasa inggrisku asyik sendiri memberikan contoh cara pengucapan lafal yang
benar, yang terdengar menjadi terlalu berlebih-lebihan.
Seperti biasa aku dan Sisil sahabat dekatku plus
teman sebangkuku hanya tercenggang melihat Miss Sinambella yang terlihat alay
dalam pengucapan lafal dan intonasinya.
“Miss nya terlalu berlebihan kali.” Kataku pelan
pada Sisil.
“Iya,masak bilang economic sampek teriak-teriak
kayak orang kebakaran jenggot.” Kata Sisil padaku sambil tetap focus
memperhatikan Miss.
“Huaammmmm,,,iyyyyaaamm.” Jawabku sambil menahan
udara yang ingin keluar dari mulutku.
“Teng...teng...teng...” terdengar teriakan
lonceng memanggil-manggil Miss untuk berhenti melanjutkan pelajaran karena
sudah waktunya pergantian mata pelajaran.
“Well, because the bell rang I end today's
lesson,good afternoon all,bye the following day.
“Do not forget next week we test
pronunciation.” Itulah kata penutup yang disampaikan miss pada kelas ku.
“Oh My God...yang benar saja, minggu depan ujian
pengucapan, bodoh Sil?” Kataku pada Sisil.
Sisil melirik ku dengan sinis.
“Kenapa matamu jadi kayak mata singa gitu
melihatku.” Tanya ku pura-pura lugu pada Sisil sambil memasukkan buku bahasa
Inggris dan mengambil buku Matematika.
“kau bilang apa tadi?? bodohkan??” Sisil bertanya
balik padaku.
“Mana ada.” Jawabku berbohong…
“Kupingmu tu aja yang tungkian gak pernah dibeko
pulanya, ya jadi gitulah,makanya sebelum berangkat sekolah ambil lidi,ambil
kapas terus lidinya dibalut dengan kapas gunakan buat korek ” Jawabku
Sisil sangat tidak suka kalau dia dibilang bodoh,
ya mingkin karena dia memang tidak bodoh dia termasuk juara kelas setelah aku.
aku mulai sibukmengocek bercerita ini itu pada
Sisil
****
“Eh,..bu Napid kok belum masuk ya?” Sisil
membalikkan arah duduknya kebelakang dan malah asyik cerita sama Anita,tidak
mendengarkan ku dari tadi bicara dengannya
“Iissss….” Aku membatin kesal
“Ibu itu hari ini gak masuk dengar-dengar berita
angin sih ibunya katanya ada urusan keluarga?” Jawab Anita.
“Hah.Angin bisa bawa berita ya? angin jenis apa
itu? angin topan,angin puting beliung atau angin-anginan?” Tanya ku sambil
tersenyum manis pada Anita dan mulai bergabung membalikkan posisi dudukku.
“Ntah..” Jawab Anita ketus padaku.
Anita teman sekelasku yang sangat...sangat
tidak suka melihatku. Ntah kenapa dia tidak suka melihatku, aku pun gak tau apa
salah ku padanya, kadang terbesat dipikiranku kalau dia sebenarnya iri samaku
karena aku juara 1 di kelas, dan terkadang prasangka burukku bicara karena dia
tidak suka kalau aku terlalu dekat pada Sisil, karena setiap kami berbicara
bertiga dia selalu berusaha membuat aku terlihat seperti sahabat yang bersikap
buruk dan tidak cocok jadi teman dekat Sisil,tapi aku tidak pernah
mempermasalahkan hal ini aku tetap saja suka mengajaknya bicara dan kadang
mengajaknya bercanda walaupun candaku ditanggapi dengan wajah dan nada yang
tidak senang.
Aku hanya beranggapan bahwa kebaikan ku kepada
orang lain seperti pasir di pantai, yang sering terabaikan dan terlupakan. Namun
percayalah, pantai berpasir selalu lebih indah.
“Dasar.." Sisil mengacak-acak rambutku
“Kabar dari angin itu bukan berarti anginnya bisa
bicara, itu cuma kata kiasan saja.” Sisil pura-pura menjelaskan padaku.Agar aku
tidak terlalu sakit hati dengan sikap Anita.
Sisil orang yang paling paham aku, kami selalu
saja berusaha menyemangati dan menutupi kekurangan kami satu sama lain,saling
mengerti,saling memahami dan juga terkadang saling mengejek satu sama lain.
“Hmm….” Aku menghela napas sedikit sedih,
mendengar jawaban Anita membuat semangatku buat bercanda turun drastis.
Aku membalikkan haluan posisi dudukku kearah
semula dan mulai melipat rapi tanganku diatas meja kemudian menjatuhkan
kepalaku keatas tanganku, inilah kebiasaan terbaikku didalam kelas kalau guru
tidak ada,sedangkan Sisil masih bercerita bersama Anita.
“Hahahaha.” Terdengar tertawa bahagia Anita dan
Sisil menghampiri teligaku yang sedari tadi cerita.
Ntahlah, mereka ntah cerita apa sehingga tertawa
begitu bahagia.
“aku memang tidak pantas jadi sahabat Sisil,
kelihatannya Sisil lebih cocok berteman lebih dekat sama Anita,mereka tidak
pernah saling mengejek bahkan selalu cocok kalau bercerita. tidak seperti aku
yang selalu mengejek Sisil, walaupun terkadang hal itu yang membuat persahabatan
kita begitu indah.” Aku mulai berpikir untuk mengakhiri persahabatan kami.
Tidak terasa lonceng pulang berbunyi semua teman
dikelasku sibuk bergegas menyiapkan buku mereka untuk segera pulang,begitu juga
dengan Aku dan Sisil.
Aku mulai melangkahkan kakiku lebih cepat dari
biasanya,sedangkan Sisil masih sibuk berbincang-bincang dengan Anita sambil
berjalan menuju gerbang sekolah.
“Litaaa,,” Sisil memanggilku dengan sedikit
teriak
Aku pura-pura tidak mendengarnya dan terus
berjalan meninggalkan Sisil dan Anita.Hari ini pulang sekolah aku tidak seperti
biasanya dengan Sisil yang selalu berjalan bersama,bahkan bergandengan tangan
sampai gerbang sekolah dan berpisah dipersimpangan jalan.
“Aku harus berusaha menjauhi Sisil”. Aku
membatin dalam hati. Aku merasa gak pantas buat jadi sahabat Sisil. Sisil baik
dan sangat cocok kalau bersahabat dengan Anita.Sikap Sisil juga hari ini
membuat keyakinan dalam hatiku bertambah kuat.
Malam haripun telah tiba, hari ini tidak ada satu
pesan pun yang ku dapat dari Sisil. Biasa setiap sore maupun menjelang malam
Sisil pasti mengirim pesan yang isinya menanyakan PR buat besok,tapi tidak
untuk hari ini.
“Hmm…” Aku menghela napas dan meletakkan hp ku
didalam saku baju,dan berjalan menghampiri adikku Ina yang sibuk membuat PR. Aku
mulai mengusili adikku buat menghibur hatiku.
Yang ada bukannya mala tenang hatiku mulai merasa
sedih ingat masa-masa bersama Sisil saat menegusili teman-teman
dikelasku.Hatiku mulai bimbang dan binggung.
“Apakah aku benar-benar harus mengakhiri persahabatan
kami?” Hati kecilku mulai ragu.
Selamat pagi cek ku..Hp ku berbunyi pertanda ada
pesan masuk
.
Weyyyy,,,tadi kau jalan cepat kali kayak
dikejar setan,dasar kurap kau ya,tinggalkan aku jalan sama Anita
Hehehehehe
Isi pesan dari Sisil.
Sorry ya Sil,tapi kayaknya aku udah malas
berteman terlalu dekat samamu.Kita kayak bukan sahabat dekat yang baik.
Isi balasan pesan dariku buat Sisil
Hah??kenapa?
Balasan pesan dari Sisil
Udahlah,aku malas berteman dekat samamu,kau lebih
bagus berteman dekat sama Anita ja ya.
Pesanku buat Sisil.
Hahahaha,sorry la cuyyy...tadi aku dekati dia
karena aku mau liat pr mtk nya,kita kan gak pande buat pr mtk buat
besok..hehehe,,
Pesan dari Sisil
Ooo…licik kau ya kurap….hahahaha
Pesan dariku buat Sisil
Ternyata aku hanya salah paham saja sama Sisil
mulai dari sekarang aku berjanji gak akan ambil keputusan sendiri,aku harus
lebih dulu membicarakannya sama Sisil.
Hahahaha
Balasan pesan dari Sisil
Jangan tertawa gak lucu,ku sate kau nanti.hahahaha
Balsan pesanku buat Sisil
Malam ini aku dan Sisil bercanda melalui sms,dan
aku pun tertawa terbahak-bahak tiap baca smsm masuk darinya.
Malam semakin larut, tidak tau tepatnya pukul
berapa aku pun tertidur dan mengakhiri pesan singkat ku buat Sisil.
Walaupun Persahabatan ku dan Sisil selalu
diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti,
diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua ini
tidak pernah kami lakukan secara sengaja dengan tujuan kebencian
Dan aku juga sadar bahwa Persahabatan ku dan
Sisil membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah
persahabatan yang ku pupuk bersama Sisil karena itu aku tidak akan pernah lagi
berpikir untuk mengakhiri persahabatanku dengan Sisil sampai akhir zaman.
Inspirator: Selly Chen